Arti Cap Go Meh dan Sejarahnya.

Perayaan Cap Go Meh jatuh pada hari ini, Jumat (26/2). Apa arti dan sejarah di balik perayaan Cap Go Meh?

Madu99Lounge.com – Arti perayaan Cap Go Meh jatuh pada hari ini, Jumat (26/2). Cap Go Meh sendiri merupakan penutup dari rangkaian perayaan tahun baru Imlek.

Secara harafiah, ‘cap go’ berarti lima belas dalam di alek Hokkien. Perayaannya jatuh pada hari ke-15 setelah perayaan Imlek atau bertepatan dengan munculnya bulan purnama.

Budayawan Jongkie Tio menjelaskan, secara garis besar, perayaan tahun baru Imlek di bagi menjadi tiga bagian. Di antaranya Imlek, sembahyang Tuhan Allah dan Cap Go Meh.

Imlek, lanjut dia, lekat dengan festival naga dan barongsai. Naga, barongsai, tetabuhan, dan petasan di percaya bisa mengusir roh jahat dan mengusir hawa buruk.

Kemudian, pada pekan pertama, warga keturunan Tionghoa melakukan sembahyang Tuhan Allah.

Jongkie berkata, semua vihara maupun klenteng bakal ramai di kunjungi mereka yang bakal melakukan sembahyang di muka pintu pada pukul 12 malam. Sembahyang di maksudkan untuk berterimakasih pada Tuhan.

“Nah, minggu kedua [adalah perayaan] Cap Go Meh. Ini perayaan menyambut musim semi. Seperti kalau habis panen [ada] syukuran, ungkapan terima kasih, lalu supaya hasil panen berikutnya baik, usaha dagang juga baik.

Selain tiga rangkaian besar itu, kebanyakan rumah tangga juga menggelar jamuan makan untuk para leluhur. Keluarga menyiapkan makanan favorit leluhur dan meletakkannya di dalam mangkuk terpisah.

Jamuan di mulai dengan sembahyang pada Tuhan, kemudian memanggil roh leluhur lewat Dewa Bumi. Pasalnya, mereka percaya bahwa para leluhur ‘ditanam’ di bumi.

“Jelang Imlek ada makan bersama leluhur. Setelah 2-3 jam, kita tanya [pada leluhur] sudah selesai makan apa belum. Terus di uncalno[di lemparkan] dua keping [koin],” jelas Jongkie.

Jika dua keping menunjukkan gambar berbeda, artinya leluhur telah selesai menikmati jamuan makan.

Selain jamuan, banyak juga keluarga yang melakukan tradisi ciswak atau upacara buang sial di klenteng. Menurut Jongkie, ini mirip saat jelang peringatan Sura (tahun baru Jawa).

Orang-orang percaya, dengan memotong sedikit bagian rambut dan membuang pakaian lama ke laut, maka kesialan akan hilang.

Arti Sejarah Cap Go Meh

Perayaan Cap Go Meh semula digelar sebagai hari penghormatan kepada Dewa Thai Yi, yang dianggap sebagai Dewa tertinggi di langit oleh Dinasti Han (206 SM – 221 M).

Sebagaimana di kutip dari laman Tionghoa Info, perayaan itu pun hanya di lakukan secara tertutup hanya untuk kalangan istana dan belum di kenal secara umum oleh masyarakat China.

Baru ketika pemerintahan Dinasti Han berakhir perayaan ini menjadi lebih terbuka untuk umum.

Beda Perayaan Cap Go Meh Indonesia dan China

Meski sama-sama berdarah Tionghoa, perayaan Cap Go Meh di China daratan berbeda dengan di Indonesia.

Di China, seluruh anggota keluarga berkumpul dan menggelar pesta besar. Jamuan di warnai oleh makanan mewah dan istimewa demi menghantar pada handai tolan kembali ke rumah masing-masing.

Warga keturunan Tionghoa menggotong

“Makanannya harus mewakili tiga unsur darat, laut dan udara, seperti ikan, ayam untuk unsur udara, darat, ya, babi kalau di sana atau sapi,” kata Jongkie.

Tak hanya itu, malam sebelum Cap Go Meh di China pun terasa ramai. Keramaian itu di isi dengan kegiatan bergadang atau ‘lek-lekan’ dalam bahasa Jawa.

Mengenal kegiatan ini biasa di lakukan di klenteng dan di isi dengan sembahyang. Arti nya, ada pula yang menghabiskan malam dengan menikmati arak dan berjudi.

Tak lupa pula festival lampion yang kerap mewarnai setiap perayaan Cap Go Meh, baik di Indonesia maupun China. Lampion memberi makna penerangan dan kelancaran rezeki.

Gambaran kemewahan yang sama tampaknya tak terlalu kentara di Indonesia. Pasalnya, warga keturunan Tionghoa yang tinggal di luar China kebanyakan tinggal di kawasan perkampungan.

“Penutup Imlek di kawasan peranakan Tionghoa enggak bisa pesta besar,” kata Jongkie.

Oleh karenanya, konsep perayaan Cap Go Meh di warga keturunan Tionghoa di salurkan dengan cara yang lebih sederhana. Di Indonesia, misalnya, yang di nilai cukup melalui kehadiran lontong Cap Go Meh.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *